Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, ada satu pemandangan sederhana yang mampu menyejukkan hati. Sekelompok santri duduk di sebuah saung bambu, dikelilingi hamparan hijau pepohonan. Di tangan mereka terbuka mushaf Al-Qur’an, sementara suara lantunan ayat suci bergema lembut menyatu dengan kicauan burung. Sungguh sebuah harmoni antara wahyu Allah dan alam semesta ciptaan-Nya.
Buat saya sendiri, saya, Mohamad Rizki Ramadhan, melihat momen ini bukan cuma sekadar kegiatan mengaji. Lebih dari itu, ini jadi pengingat kalau ilmu bisa dituntut di mana saja dan kapan saja, asalkan niatnya ikhlas. Tidak ada sekat yang membatasi seorang penuntut ilmu. Bahkan lantai bambu sederhana pun bisa jadi saksi lahirnya generasi Qur’ani yang kuat.
Kesederhanaan dalam belajar Al-Qur’an justru mengajarkan nilai yang sangat besar. Ada tiga pelajaran utama yang bisa kita petik dari suasana seperti ini:
1. Menyadari Kebesaran Allah
Ketika ayat-ayat suci dibacakan di tengah keindahan alam, hati kita semakin sadar bahwa seluruh ciptaan ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah.
2. Menghargai Kesederhanaan
Tidak ada fasilitas mewah, tidak ada kemegahan duniawi. Namun, di sanalah justru letak kebahagiaan yang hakiki. Duduk di lantai bambu bersama teman seperjuangan membuat setiap detik belajar terasa berharga.
3. Kekuatan Kebersamaan
Di saung bambu itu, para santri tidak hanya membaca Al-Qur’an, tetapi juga saling menguatkan. Mereka memperbaiki bacaan satu sama lain, berbagi semangat, dan menanamkan ukhuwah yang kelak akan jadi fondasi kuat dalam kehidupan.
Buat saya pribadi, pemandangan seperti ini juga jadi semacam kilas balik. Saya pernah ada di posisi mereka, merasakan perjuangan di pesantren. Ada rasa lelah, ada cobaan, tapi juga ada banyak kebahagiaan yang nggak bisa ditukar dengan apapun.
Belajar di alam terbuka mengajarkan sabar. Kadang dingin menusuk, kadang panas terik, tapi semua tetap berjalan. Karena setiap huruf Al-Qur’an yang dibaca itu bernilai ibadah.
Dan pada akhirnya, Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk diamalkan. Kalau bisa sampai terwujud dalam akhlak, perkataan, dan perbuatan, itulah puncak dari keberkahan belajar.
Semoga kita semua bisa jadi generasi yang mencintai Al-Qur’an, menjaga hafalan dan amalannya, dan menyebarkan cahaya-Nya kepada sesama.
Baca juga: Kajian Santri di Masjid: Menjaga Ilmu, Menjaga Hati