Ada banyak cara untuk menikmati indahnya ciptaan Allah, dan salah satunya adalah dengan mendaki gunung. Beberapa waktu lalu saya berkesempatan naik gunung bareng saudara saya. Perjalanannya nggak gampang sama sekali. Jalannya terjal, udara dingin, kadang bikin sesak napas, dan kaki serasa berat banget buat melangkah. Tapi semua itu berubah jadi pengalaman yang menyenangkan karena ada saudara yang nemenin sepanjang jalan.
Setiap kali saya merasa capek, saudara saya selalu kasih semangat. Kadang cuma dengan satu kalimat singkat, “ayo bentar lagi sampai,” rasanya energi balik lagi. Kadang juga dengan sekadar senyum atau uluran tangan waktu saya hampir goyah. Dari situ saya sadar, mendaki bukan cuma soal kekuatan fisik, tapi juga soal kebersamaan dan dukungan yang kita dapat.
Sampai akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di puncak. Angin dingin langsung menyambut, tapi matahari terbit yang muncul perlahan dari balik awan bikin semua lelah langsung terbayar. Langit berubah jadi gradasi warna oranye, kuning, dan biru yang indah banget. Saya berdiri di sana bersama saudara saya, saling tersenyum, sambil menikmati ciptaan Allah yang luar biasa.
Buat saya, Rizki Ramadhan, momen itu bukan sekadar jalan-jalan atau mencari pemandangan. Itu lebih ke pengingat bahwa kebersamaan dengan saudara adalah salah satu nikmat terbesar dalam hidup. Kadang kita sering sibuk dengan urusan masing-masing, lupa kalau ada keluarga yang selalu ada, tanpa pamrih, tanpa syarat.
✨ Saudara adalah teman seumur hidup
Teman bisa datang dan pergi, tapi saudara tetap ada. Mereka yang tumbuh bersama kita dari kecil, tahu suka duka kita, dan sering jadi saksi perjalanan hidup kita. Mendaki bareng bikin saya makin sadar bahwa saudara itu orang pertama yang bakal ada buat kita, bahkan ketika orang lain nggak ada.
🌿 Saling dukung itu berharga banget
Nggak semua orang mau sabar nunggu kita waktu kita lambat. Nggak semua orang mau ngasih semangat ketika kita mau nyerah. Tapi saudara, mereka akan tetap ada. Itulah kenapa dukungan sederhana dari saudara rasanya beda, tulus, dan penuh makna.
🔆 Matahari terbit = harapan baru
Pemandangan sunrise di puncak gunung itu kayak simbol. Habis gelap, pasti ada terang. Sama halnya dengan hubungan saudara: meski kadang ada salah paham atau cekcok kecil, selalu ada ruang untuk saling memahami dan memperbaiki.
Pengalaman di puncak gunung bareng saudara ini bikin saya mikir banyak hal. Saya jadi sadar kalau keluarga itu nggak tergantikan. Mereka mungkin sering bikin kita kesel, kadang ada perbedaan pendapat, tapi ujung-ujungnya mereka juga yang paling peduli sama kita. Mereka yang mendoakan kita dalam diam, dan mereka juga yang siap jadi tempat pulang ketika kita jatuh.
Bagi saya pribadi, kebersamaan di puncak gunung itu jadi salah satu kenangan yang nggak akan pernah saya lupa. Momen itu kayak penanda, bahwa hidup bukan cuma tentang mencapai tujuan sendirian, tapi juga tentang siapa yang nemenin kita sampai ke sana.
Semoga kita semua bisa lebih menghargai saudara dan keluarga kita masing-masing. Karena mereka adalah karunia Allah yang nggak semua orang punya. Dan semoga kita juga bisa jadi saudara yang baik, yang bisa saling mendukung, saling mendoakan, dan saling menguatkan, apapun kondisi yang kita hadapi.
Baca juga:https://pkl.web.id/belajar-al-quran-di-alam-terbuka-menyatu-dengan-ciptaan-allah/