Bagi sebagian besar remaja, waktu luang sering dihabiskan untuk bermain gim, menonton film, atau bersantai dengan teman. Tapi tidak bagi Rindy Dwi, siswi SMK Negeri 1 Anjatan yang baru berusia 17 tahun.
Baginya, waktu luang adalah kesempatan untuk berkreasi di dapur dan berbagi hasil kreasinya lewat media sosial. Dari hobi sederhana itu, Rindy kini mulai dikenal di dunia digital sebagai remaja yang inspiratif dengan semangat belajar dan konsisten berkarya.
Rindy tumbuh di lingkungan yang sederhana, di mana masakan rumahan selalu punya arti penting.
Ibunya gemar memasak, dan Rindy kecil sering ikut membantu — mulai dari mencuci sayur, memotong bawang, hingga mengaduk adonan kue. Dari situlah rasa cintanya terhadap dunia masak-memasak tumbuh.
“Dulu aku cuma bantu-bantu Ibu aja. Lama-lama jadi suka lihat hasilnya, ternyata seru kalau bisa bikin makanan sendiri,” kenang Rindy sambil tertawa.
Saat duduk di bangku SMK, Rindy mulai lebih serius menekuni hobinya. Setiap pulang sekolah, ia sering mencoba resep baru yang ia lihat di internet atau dari buku resep lama milik ibunya. Kadang hasilnya berhasil, kadang juga gagal — tapi baginya, semua proses itu menyenangkan.
Awalnya, Rindy hanya iseng mengunggah foto hasil masakannya ke media sosial.
Ia tak menyangka bahwa unggahan itu akan menarik perhatian teman-temannya. Banyak yang memuji tampilannya dan bertanya, “Ini beneran kamu yang masak?” atau “Resepnya apa, Rin?”
Dari situ, Rindy mulai rutin membagikan hasil masakannya. Ia tak hanya menampilkan foto, tapi juga menulis resep dan langkah-langkah sederhana agar orang lain bisa mencoba.
“Saya senang kalau ada yang coba resep dari aku, terus bilang hasilnya enak,” katanya.
Pelan-pelan, unggahannya makin banyak disukai. Akun kecilnya mulai punya pengikut yang setia menunggu resep baru setiap minggu.
Karena masih pelajar, Rindy tidak punya alat canggih untuk membuat konten. Semua video dan foto ia ambil pakai HP-nya sendiri.
Ia belajar cara mengambil gambar yang bagus dengan pencahayaan alami dari jendela, serta belajar mengedit video dari aplikasi gratis di ponsel.
Awalnya hasilnya tidak selalu bagus. Kadang cahayanya kurang, kadang suara langkah masaknya terlalu pelan. Tapi Rindy tidak menyerah. Ia terus belajar sedikit demi sedikit dari kesalahan.
“Yang penting aku suka dulu. Nanti kalau sering latihan, pasti hasilnya lebih baik,” ujarnya.
Rindy juga belajar pentingnya konsistensi. Walau sibuk sekolah, ia berusaha tetap membuat konten minimal sekali seminggu. Ia menjadikan kegiatan ini sebagai latihan disiplin dan tanggung jawab kecil bagi dirinya sendiri.
Teman-teman di sekolah awalnya hanya iseng menonton videonya. Tapi lama-kelamaan, mereka jadi kagum.
Banyak yang ikut membantu — ada yang jadi tester masakan, ada yang bantu merekam, bahkan ada guru yang memberi semangat agar Rindy terus mengembangkan hobinya.
Guru mata pelajaran kewirausahaan di sekolahnya pernah berkata,
“Rindy ini contoh bagus. Ia bisa memanfaatkan hobi untuk sesuatu yang bermanfaat dan positif. Ini bisa jadi modal besar nanti setelah lulus.”
Rindy pun sering diminta ikut kegiatan sekolah seperti bazar makanan, lomba memasak, dan pameran produk. Ia juga mulai belajar tentang cara menjual produk makanan secara online, meski masih sederhana.
Di balik semangatnya, Rindy juga menghadapi banyak tantangan.
Sebagai siswi, tugas sekolah tetap menjadi prioritas. Kadang Rindy harus mengatur waktu agar tidak mengorbankan nilai pelajaran. Ia belajar membuat jadwal hari sekolah untuk belajar, akhir pekan untuk membuat konten.
Sebagai remaja, Rindy sempat takut kalau hasil masakannya diejek. Tapi ia belajar untuk menerima masukan.
“Kalau ada yang komentar pedas, aku jadikan pelajaran aja. Kan nggak semua orang harus suka,” katanya santai.Kadang Rindy ingin hasil video yang lebih bagus, tapi alatnya terbatas. Namun ia tidak putus asa.
Ia menggunakan apa yang ada di rumah: tripod dari botol bekas, pencahayaan dari lampu meja, dan alas foto dari kain putih.
Semangat ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukan halangan bagi siapa pun yang mau belajar.
Tanpa disadari, dari kebiasaan kecil itu, Rindy mulai membangun citra diri digital. Ia dikenal sebagai siswi yang rajin, kreatif, dan berani mengekspresikan diri secara positif. Banyak teman yang kini mengenalnya bukan hanya dari sekolah, tapi juga dari media sosial.
Citra diri digital artinya bagaimana seseorang dikenal di dunia maya berdasarkan apa yang ia bagikan. Rindy memilih membangun citra positif: berbagi resep, menunjukkan semangat belajar, dan selalu menebarkan energi baik. Ia tidak ingin terkenal karena hal sensasional, melainkan karena karya dan kejujuran.
“Buat aku, jadi diri sendiri itu penting. Aku nggak mau pura-pura. Yang aku tunjukin ya memang aku, Rindy yang suka masak,” katanya dengan senyum.
Apa yang dilakukan Rindy ternyata menginspirasi banyak orang di sekitarnya.
Beberapa teman mulai ikut mencoba memasak dan membuat konten serupa. Ada juga yang belajar cara mengambil foto produk makanan agar lebih menarik.
Bahkan beberapa guru di sekolahnya pernah menjadikan konten Rindy sebagai contoh dalam pelajaran kewirausahaan dan pemasaran digital.
Selain itu, Rindy juga kadang membagikan hasil masakannya kepada tetangga atau teman sekolah. Ia merasa senang bisa membuat orang lain tersenyum lewat hasil tangannya sendiri.
Dari kegiatan sederhana ini, Rindy belajar banyak hal tentang kehidupan.
Ia belajar sabar saat resepnya gagal, kreatif saat bahan masakannya terbatas, dan percaya diri saat hasil karyanya diapresiasi orang lain.
“Masak itu bukan cuma soal rasa, tapi soal proses. Kita belajar telaten, belajar menerima hasil, dan belajar bersyukur,” katanya.
Rindy juga menyadari bahwa setiap langkah kecil bisa punya makna besar. Ia tidak menyangka bahwa hal yang dulu hanya hobi kini membuatnya dikenal dan memberi semangat bagi banyak orang.
Meski masih 17 tahun, Rindy sudah punya rencana untuk masa depan. Ia ingin melanjutkan kuliah di bidang kuliner atau bisnis makanan, lalu membuka usaha sendiri.
Selain itu, ia ingin mengembangkan akun media sosialnya agar bisa lebih bermanfaat, misalnya dengan membagikan tips memasak sehat dan cara mengatur keuangan untuk pelajar.
“Aku pengin nanti bisa bantu orang lain juga, terutama anak muda yang punya hobi tapi belum berani mulai,” ujarnya.
Ia percaya bahwa kesuksesan tidak datang tiba-tiba. Semua berawal dari langkah kecil yang dilakukan dengan hati.
Sebagai remaja yang sudah punya pengalaman membangun karya sejak dini, Rindy sering diminta berbagi tips oleh teman-temannya.
Berikut beberapa pesan yang sering ia sampaikan:
- Mulai dari hal yang kamu suka. Jangan takut dianggap aneh.
- Gunakan waktu sebaik mungkin. Jangan lupa belajar, tapi juga beri waktu untuk hobi.
- Jangan bandingkan diri dengan orang lain. Semua orang punya waktu dan jalannya sendiri.
- Terima masukan dengan hati terbuka. Kritik bisa jadi bahan belajar.
- Tetap rendah hati dan bersyukur. Karena setiap kemajuan kecil itu berarti.
Rindy percaya bahwa setiap remaja punya potensi besar, hanya saja belum semuanya berani memulainya.
Perjalanan Rindy Dwi menjadi contoh nyata bahwa usia muda bukan halangan untuk berkarya.
Dengan semangat belajar dan ketekunan, ia bisa memanfaatkan dunia digital untuk hal yang positif.
Ia tidak mencari ketenaran, tapi ingin berbagi dan menginspirasi lewat hal yang ia sukai.
Dari dapur kecil di rumahnya, Rindy berhasil menciptakan “ruang digital” yang berisi semangat, kreativitas, dan kehangatan.
Kini, setiap kali orang melihat kontennya, mereka tidak hanya melihat resep, tapi juga kisah perjuangan remaja yang berani menjadi diri sendiri.
Perjalanan Rindy Dwi, siswi SMK Negeri 1 Anjatan yang baru berumur 17 tahun, menunjukkan bahwa setiap hobi bisa berkembang menjadi identitas diri yang positif.
Dari sekadar membantu ibunya di dapur, kini ia bisa menginspirasi banyak orang lewat media sosial.
Di era digital, citra diri kita ditentukan oleh apa yang kita bagikan.
Rindy memilih untuk menebarkan hal baik: semangat, kejujuran, dan rasa ingin belajar.
Itulah yang membuatnya istimewa — bukan karena ia terkenal, tapi karena ia konsisten menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
Dan mungkin, suatu hari nanti, nama Rindy Dwi akan dikenal lebih luas lagi.
Bukan hanya sebagai anak SMK yang suka masak, tapi sebagai contoh remaja kreatif yang mengubah hobi menjadi kekuatan.