Memasak Bukan Sekadar Rasa: Mengukir Nama Lewat Gaya dan Cerita di Dapur by Putri Salwa Gunadi
Haii! Aku Putri Salwa Gunadi, pecinta kuliner dengan hobi memasak, menjadikan setiap hidangan sebagai cara untuk mengekspresikan diri dan membangun personal branding di dunia kuliner
Di era digital, kemampuan memasak yang hebat tidak otomatis membuat seseorang terkenal atau diingat. Banyak orang yang memiliki cita rasa luar biasa, mampu menciptakan resep unik, atau menyajikan hidangan menggugah selera — tetapi tetap tidak dikenal di luar lingkaran kecil mereka.
Masalah utamanya bukan pada rasa, melainkan pada bagaimana mereka membungkus keahlian itu menjadi sesuatu yang menarik dan berkarakter. Dunia kuliner kini dipenuhi ribuan konten serupa di media sosial. Tanpa gaya khas, cerita yang kuat, atau identitas diri yang menonjol, bahkan masakan terenak pun bisa tenggelam di tengah lautan konten yang viral setiap hari.
Banyak kreator kuliner berhenti di tengah jalan bukan karena kehilangan semangat, tapi karena merasa tidak bisa bersaing dengan tren. Padahal, yang sering membuat seseorang menonjol bukan sekadar kemampuan memasak — tetapi cara mereka bercerita tentang makanan itu sendiri.
Saat ini, masyarakat tidak hanya mencari resep untuk ditiru, tetapi kisah yang bisa dirasakan. Penonton ingin tahu siapa orang di balik masakan itu: bagaimana perjalanannya, apa inspirasinya, dan nilai apa yang ingin disampaikan lewat setiap hidangan.
Inilah sebabnya mengapa personal branding di dunia kuliner menjadi sangat penting. Seorang chef atau food creator perlu membangun citra yang kuat melalui gaya memasak, kepribadian, dan storytelling yang khas.
Beberapa hal yang menjadi kebutuhan utama dalam membangun citra diri lewat dapur antara lain:
-
🍳 Gaya Unik: Temukan ciri khas dalam penyajian, tone bicara, atau tema masakan yang membuatmu mudah dikenali.
-
🧂 Cerita Pribadi: Hubungkan setiap masakan dengan pengalaman, kenangan, atau nilai hidup yang kamu bawa.
-
🎬 Konsistensi Konten: Gunakan gaya visual, narasi, dan pesan yang selaras agar audiens mengenal “tandatangan” masakanmu.
-
💬 Interaksi dengan Audiens: Jawab komentar, ajak penonton ikut dalam cerita, dan bangun kedekatan emosional.
Dengan memahami elemen-elemen ini, dapur bukan lagi sekadar tempat memasak — tetapi ruang ekspresi diri dan identitas.
Tren media sosial telah mengubah cara orang menikmati konten kuliner. Video yang paling banyak ditonton bukan selalu yang memiliki resep paling sulit, tetapi yang paling menyentuh, lucu, atau personal.
Lihat saja fenomena berikut:
-
Devina Hermawan dikenal karena gaya bicara yang tenang dan resepnya yang bisa diikuti siapa pun — bukan karena bahan mahal, tapi karena kehangatan dan keaslian.
-
Chef Norman Ismail menonjolkan karakter jenaka dan gaya khas yang membuat audiens merasa dekat.
-
Food creator rumahan seperti “Dapur Mamih”, “Masak Receh”, atau “Kulina Family” menjadi viral karena cara mereka bercerita tentang kehidupan, bukan hanya resep.
Semua contoh itu menunjukkan bahwa cerita dan gaya adalah kunci viralitas. Orang datang untuk resep, tapi mereka tetap tinggal karena kepribadian di balik masakan.
Di sinilah letak kekuatan seorang kreator kuliner: mampu menghadirkan rasa, gaya, dan makna secara bersamaan. Itulah kombinasi yang membangun kepercayaan, pengaruh, dan tentu saja — nama besar di dunia kuliner digital.
Jika kamu ingin memulai perjalanan personal branding lewat memasak, berikut beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan:
-
Kenali Diri dan Gaya Masakmu
Apakah kamu suka gaya rumahan, modern, fusion, atau tradisional? Jadikan itu ciri khas yang konsisten. -
Tulis Cerita di Balik Setiap Resep
Cerita kecil seperti “masakan ini resep ibu saya” atau “terinspirasi dari makanan waktu kecil” bisa menciptakan kedekatan emosional. -
Gunakan Platform yang Tepat
Sesuaikan konten dengan platform — misalnya TikTok untuk video singkat lucu, Instagram untuk visual cantik, dan YouTube untuk storytelling lebih panjang. -
Bangun Citra Visual
Gunakan tone warna, musik, atau konsep visual yang membuat orang langsung tahu: “Ah, ini pasti video kamu!” -
Konsisten dan Autentik
Jangan meniru kreator lain. Jadilah diri sendiri — karena keaslian adalah bahan utama dari personal branding yang kuat.
Kesimpulan: Masaklah dengan Cerita, Sajikan dengan Identitas
Memasak bukan sekadar soal rasa — tetapi soal bagaimana kita menghadirkan jiwa dalam setiap hidangan. Di tengah derasnya arus konten kuliner, yang akan diingat bukan hanya resep atau plating, melainkan gaya, pesan, dan kepribadian di baliknya.
Dapur kini bukan lagi ruang tertutup, melainkan panggung untuk bercerita dan mengukir nama. Jadi, jangan hanya masak untuk memuaskan lidah orang lain — tapi juga untuk menyampaikan siapa dirimu lewat rasa, gaya, dan kisah yang kamu sajikan. Karena di era sekarang, cerita adalah bumbu paling kuat untuk dikenal dunia.