More
    HomeArtikelPenggunaan Aksara Pegon pada Naskah Syekh Abdul Qodir Jaelani by Cahya Anisa

    Penggunaan Aksara Pegon pada Naskah Syekh Abdul Qodir Jaelani by Cahya Anisa

     

    Naskah Syekh Abdul Qodir Jaelani merupakan salah satu karya penting dalam tradisi literatur Islam di Indonesia. Salah satu elemen unik dari naskah ini adalah penggunaan aksara Pegon, sebuah adaptasi dari abjad Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan Sunda. Artikel ini akan membahas karakteristik aksara Pegon, fungsinya dalam penulisan naskah, serta signifikansi penggunaan aksara ini sebagai cerminan adaptasi budaya Islam di Jawa dan Sumatra.

     

    Karakteristik Aksara Pegon

     

    Aksara Pegon adalah sistem tulisan yang menggunakan huruf Arab dengan tambahan tanda-tanda diakritik untuk mewakili fonem yang tidak ada dalam bahasa Arab tetapi ada dalam bahasa Jawa dan Sunda. Nama “Pegon” sendiri berasal dari kata “pagon” yang dalam bahasa Jawa berarti “menyimpang,” mengacu pada penggunaan aksara yang menyimpang dari standar penulisan Arab klasik.

     

    Karakteristik utama aksara Pegon meliputi:

    1. Huruf Arab dengan Modifikasi: Aksara Pegon menggunakan huruf Arab, namun dengan tambahan diakritik atau modifikasi bentuk huruf tertentu untuk mewakili bunyi-bunyi khusus dalam bahasa lokal. Misalnya, untuk suara “p” yang tidak ada dalam bahasa Arab, digunakan modifikasi pada huruf “ف” (fa) menjadi “ڤ” (pe).

    2. Vokal Tambahan : Aksara Pegon menambahkan tanda diakritik untuk menandai vokal tertentu yang tidak ada dalam bahasa Arab, seperti vokal “é” dan “o”. Misalnya, untuk menulis kata “séda” (mati) dalam bahasa Jawa, digunakan tanda diakritik khusus untuk menunjukkan vokal “é”.

    3. Sistem Penulisan dari Kanan ke Kiri : Seperti dalam penulisan Arab, aksara Pegon juga ditulis dari kanan ke kiri. Namun, pembaca harus mengenal konteks bahasa Jawa atau Sunda untuk memahami tulisan tersebut, karena tidak semua orang yang bisa membaca huruf Arab akan bisa memahami teks Pegon tanpa pengetahuan tambahan.

     

    Aksara Pegon mencerminkan upaya adaptasi budaya Islam di Indonesia dengan memodifikasi tulisan Arab agar sesuai dengan fonologi bahasa lokal. Ini memungkinkan penyebaran ajaran agama Islam melalui bahasa yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat lokal.

     

    Fungsi dan Signifikansi Aksara Pegon dalam Naskah Syekh Abdul Qodir Jaelani

     

    Penggunaan aksara Pegon dalam naskah Syekh Abdul Qodir Jaelani memiliki beberapa fungsi dan signifikansi penting:

     

    1. Medium Penyebaran Ajaran Islam: Penggunaan aksara Pegon memungkinkan penyebaran ajaran Islam kepada masyarakat Jawa dan Sunda yang tidak menguasai bahasa Arab. Naskah-naskah ini sering kali berisi teks-teks religius, ajaran tasawuf, doa, dan petuah yang disampaikan dalam bahasa lokal namun ditulis dalam aksara yang dekat dengan bahasa agama, yakni Arab.

     

    2. Adaptasi Budaya Islam : Penggunaan Pegon mencerminkan bagaimana Islam beradaptasi dengan budaya lokal. Alih-alih memaksa masyarakat untuk menguasai bahasa Arab, ulama dan penulis naskah menggunakan bahasa Jawa dan Sunda dalam aksara Pegon untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan. Ini menunjukkan fleksibilitas dan akomodasi Islam terhadap budaya lokal, yang memudahkan penerimaan agama ini di kalangan masyarakat.

     

    3. Pelestarian Bahasa dan Budaya Lokal : Selain berfungsi sebagai medium penyebaran agama, naskah-naskah Pegon juga memainkan peran dalam melestarikan bahasa dan budaya lokal. Dalam banyak kasus, naskah Pegon berisi cerita-cerita lokal, sastra, dan sejarah yang penting bagi identitas budaya setempat. Dengan demikian, aksara Pegon tidak hanya menjadi alat komunikasi religius tetapi juga alat pelestarian budaya.

     

    4. Pengajaran dan Pendidikan : Naskah Pegon sering digunakan dalam pendidikan tradisional pesantren, di mana santri mempelajari ajaran agama, sastra, dan ilmu pengetahuan lainnya. Penggunaan bahasa lokal dalam aksara Pegon memudahkan pemahaman dan pembelajaran, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke pendidikan formal dalam bahasa Arab.

     

    5. Simbol Identitas Keagamaan dan Kultural: Pegon juga berfungsi sebagai simbol identitas keagamaan dan kultural. Penggunaan aksara ini menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa dan Sunda mengintegrasikan elemen Islam dalam kehidupan sehari-hari, sambil tetap mempertahankan identitas budaya mereka. Pegon menjadi representasi dari sinergi antara budaya lokal dan agama yang diadopsi.

     

    Kesimpulan

     

    Aksara Pegon memainkan peran penting dalam penulisan naskah-naskah keagamaan di Indonesia, termasuk naskah Syekh Abdul Qodir Jaelani. Dengan menggunakan huruf Arab yang dimodifikasi untuk menulis bahasa Jawa dan Sunda, aksara ini memungkinkan penyebaran ajaran Islam secara lebih efektif dan luas. Pegon juga mencerminkan adaptasi budaya Islam di Indonesia, di mana agama ini disesuaikan dengan konteks lokal, memudahkan penerimaan dan pemahaman oleh masyarakat setempat. Selain itu, Pegon juga berperan dalam pelestarian bahasa dan budaya lokal, pendidikan tradisional, serta sebagai simbol identitas keagamaan dan kultural. Melalui aksara Pegon, kita dapat melihat bagaimana Islam dan budaya lokal saling berinteraksi dan memperkaya satu sama lain dalam sejarah Indonesia.

    #Sejarah #NaskahSyekhAbdulQodirJaelani #CahyaAnisa #Cahya #kebanggaanemak #Naskahkuno #Museum #WarisanBudaya

    Must Read

    spot_img