Menaklukkan Gunung Ciremai Bersama: Bukan Hanya Pendakian, Ini Persahabatan! Oleh M. Ropi Rapli Almuplihun

0
44

Nama saya M. Ropi Rapli Almuplihun, siswa jurusan RPL di SMKN Bantarkalong, saat ini saya juga dikenal dengan julukan “Si PELET BENTO” (Pendaki Lelet Bentar-bentar Photo) karena hobi memotret di sela-sela pendakian. Selama 6 bulan ke depan, saya diberikan kesempatan berharga untuk menjalani PKL di PT Kinergi Indonesia. Saya yakin pengalaman ini tidak hanya akan memperluas wawasan saya di bidang teknologi, tetapi juga akan menjadi inspirasi untuk terus berkembang dan berkontribusi lebih banyak di dunia teknologi.

Dengan semangat yang sama seperti saat mendaki, saya berkomitmen untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Saya percaya bahwa PKL ini akan menjadi bekal penting dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan karir di masa mendatang, baik di dunia kerja maupun di setiap “pendakian” dalam perjalanan hidup saya.

Gunung Ciremai, dengan ketinggian sekitar 3.078 meter di atas permukaan laut, adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Terkenal dengan jalur pendakiannya yang menantang, Gunung Ciremai selalu menarik perhatian para pendaki, baik yang sudah berpengalaman maupun pemula yang mencari pengalaman mendaki yang berkesan. Namun, satu hal yang sering kali lebih diingat para pendaki daripada pemandangan atau puncak adalah kebersamaan yang terjalin di sepanjang perjalanan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana mendaki Gunung Ciremai bisa menjadi pengalaman yang penuh tawa, cerita seru, dan tentunya, persahabatan yang semakin erat.


1. Persiapan dan Pembagian Tugas: Awal dari Kebersamaan

Sebelum pendakian dimulai, momen kebersamaan sudah terbentuk sejak persiapan. Di sinilah kita bisa melihat kerjasama tim yang sesungguhnya. Ada yang bertugas membawa tenda, ada yang membawa kompor portabel dan bahan makanan, sementara yang lain mungkin membawa peralatan tambahan seperti senter dan P3K. Bahkan, momen-momen sederhana seperti mengecek peralatan bersama bisa menjadi kesempatan untuk bercanda dan saling menghibur.

Misalnya, ada anggota yang membawa terlalu banyak makanan ringan untuk bekal, sementara yang lain hanya membawa air minum secukupnya. Di sinilah tawa muncul, karena biasanya selalu ada teman yang “sok kuat” membawa banyak barang tapi ternyata baru sampai pos pertama sudah minta bantuan untuk meringankan beban. Persiapan ini mungkin terlihat sederhana, namun momen-momen kecil ini sudah mulai mempererat kebersamaan.


2. Tantangan Jalur Apuy dan Palutungan: Tempat Uji Nyali dan Kerjasama

Gunung Ciremai memiliki beberapa jalur pendakian populer, seperti Jalur Apuy dan Palutungan. Setiap jalur memiliki tantangannya sendiri, dan setiap anggota tim biasanya memiliki momen tersendiri yang berkesan di sepanjang jalan.

Jalur Apuy terkenal dengan tanjakan panjangnya yang melelahkan, sementara Jalur Palutungan memiliki banyak bebatuan yang membuat perjalanan lebih menantang. Di titik-titik sulit seperti ini, kebersamaan dalam tim benar-benar diuji. Ada saat-saat di mana satu atau dua orang merasa sangat lelah dan membutuhkan dukungan dari yang lain. Biasanya, ada yang mencoba meringankan suasana dengan candaan atau memberi semangat yang kadang berlebihan, seperti, “Ayo! Tinggal sedikit lagi sampai puncak! (Padahal masih separuh jalan).”

Meskipun bercanda, dukungan seperti ini sangat membantu. Menjalani jalur yang curam bersama, dengan tawa dan canda, membuat lelah terasa lebih ringan. Kebersamaan ini tidak hanya memudahkan fisik, tetapi juga menguatkan mental setiap anggota tim.


3. Momen Istirahat: Saatnya Berbagi Bekal dan Cerita

Setiap kali berhenti untuk istirahat, suasana akan kembali ceria dan ramai. Inilah saatnya bagi para pendaki untuk berbagi bekal, cerita, dan tentu saja, canda tawa. Ada yang membawa makanan khas seperti nasi bungkus atau kue, dan ini menjadi kesempatan bagi setiap anggota tim untuk menikmati berbagai makanan dari daerah masing-masing.

Saat istirahat juga sering kali menjadi momen untuk berbagi cerita lucu, mulai dari pengalaman mendaki sebelumnya hingga hal-hal konyol yang dialami dalam perjalanan. Ada kalanya salah satu dari mereka bercerita tentang pengalaman salah mengambil jalan atau cerita horor tentang pendaki yang tersesat di gunung (yang entah benar atau hanya sekadar menakut-nakuti).

Momen istirahat ini memberi kesempatan untuk melepas penat, menikmati kebersamaan, dan merasakan bahwa perjalanan menuju puncak adalah bagian dari petualangan yang tidak kalah seru dibandingkan mencapai puncak itu sendiri.


4. Mendekati Puncak: Kebersamaan yang Menguat di Tengah Lelah

Semakin mendekati puncak, jalur pendakian akan semakin terjal dan penuh tantangan. Inilah saat-saat di mana kekuatan fisik benar-benar diuji, dan dukungan dari teman-teman menjadi sangat berharga. Ketika satu anggota merasa hampir menyerah, dukungan dari yang lain memberikan kekuatan tambahan untuk terus melangkah.

“Semangat, tinggal sedikit lagi!” biasanya terdengar berulang kali, bahkan meski sebenarnya jarak ke puncak masih jauh. Namun, kata-kata ini sangat membantu, dan setiap orang tahu bahwa mereka tidak mendaki sendirian. Kebersamaan ini membuat perjalanan yang berat terasa lebih ringan dan memberikan semangat untuk terus maju hingga mencapai puncak.


5. Mencapai Puncak: Merayakan Keberhasilan Bersama

Akhirnya, setelah melewati berbagai rintangan, para pendaki mencapai puncak Gunung Ciremai. Inilah momen yang sangat dinantikan oleh setiap anggota tim. Di atas puncak, semua rasa lelah terasa terbayar dengan pemandangan indah yang memanjakan mata. Matahari yang terbit di kejauhan, kabut yang menyelimuti lembah, dan langit yang jernih menciptakan pemandangan yang begitu menakjubkan.

Setelah mencapai puncak, biasanya para pendaki akan berpelukan, tertawa, dan merayakan keberhasilan bersama. Ada yang berfoto dengan bendera kelompok, ada juga yang membuat video untuk mengabadikan momen berharga ini. Di puncak inilah semua lelah, perjuangan, dan kebersamaan yang terjalin sepanjang perjalanan terasa lebih bermakna.

Momen di puncak juga menjadi waktu untuk refleksi, merenungkan perjalanan yang telah dilalui bersama, dan bersyukur atas kekuatan yang diberikan. Momen ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya soal mencapai tujuan, tetapi juga tentang siapa yang bersama kita dalam perjalanan menuju tujuan tersebut.


6. Perjalanan Turun: Cerita dan Tawa yang Tak Pernah Usai

Setelah puas menikmati puncak, perjalanan turun dimulai. Uniknya, perjalanan turun sering kali tidak kalah seru dengan perjalanan naik. Biasanya para pendaki sudah lebih rileks, sehingga lebih banyak waktu untuk bercanda dan bertukar cerita. Di perjalanan turun ini, berbagai cerita lucu sering kali terungkap, seperti siapa yang paling panik saat menghadapi tanjakan, siapa yang paling banyak mengeluh, atau siapa yang paling cepat kelelahan.

Perjalanan turun juga menjadi kesempatan untuk kembali menikmati keindahan alam, meskipun kali ini dengan langkah yang lebih tenang dan santai. Setiap langkah turun terasa lebih ringan, karena keberhasilan mencapai puncak sudah diraih bersama. Kebersamaan dan cerita-cerita yang terjalin selama pendakian menjadi kenangan yang akan selalu diingat oleh setiap anggota tim.


Penutup

Mendaki Gunung Ciremai adalah pengalaman yang penuh tantangan, namun juga penuh makna. Kebersamaan yang terjalin di setiap langkah, tawa yang dibagikan, dan dukungan yang diberikan adalah bagian dari perjalanan yang membuat pendakian ini lebih dari sekadar aktivitas fisik. Setiap tanjakan yang terlewati, setiap tawa yang dibagikan, dan setiap momen kebersamaan di puncak adalah bagian dari petualangan yang tidak akan terlupakan.

Gunung Ciremai bukan hanya sekadar tempat untuk mencapai puncak, tetapi juga tempat untuk menemukan kebersamaan dan menghargai setiap orang yang berjalan bersama kita. Bagi siapa saja yang berencana untuk mendaki, ingatlah bahwa perjalanan mendaki akan lebih berharga ketika dilakukan bersama teman-teman yang bisa saling mendukung. Selamat mendaki, dan semoga kebersamaan di Gunung Ciremai membawa kenangan indah yang akan bertahan seumur hidup.